Teori Pertumbuhan Ekonomi

Dessy Nopyanti Amrulloh

NPM 11219677


Pengertian ekonomi adalah ilmu sosial yang segala aktivitas manusia dimana aktivitas tersebut berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi baik terhadap barang maupun jasa.

Sedangkan secara bahasa ekonomi terdiri dari dua kata yaitu  “Oikos” dan “Nomos” yang berasal dari bahasa yunani kuno. “Oikos” yang memiliki arti keluarga atau rumah tangga dan “Nomos” yang memiliki arti aturan, peraturan, atau hukum.

Dalam perkembangannya, ada sejumlah teori pertumbuhan ekonomi yang dicetuskan para ahli. Teori-teori tersebut muncul untuk menjelaskan siklus pertumbuhan sekaligus faktor yang berpengaruh langsung terhadap peningkatan perekonomian nasional. Di antara banyaknya teori yang bermunculan dari masa ke masa, Anda bisa berkenalan lebih jauh dengan lima teori populer berikut ini.

·        Teori Ekonomi Klasik

Aliran klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permukaan abad ke 19 yaitu di masa revolusi industri dimana suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya perkembangan ekonomi. Pada waktu itu sistem liberal sedang merajalela dan menurut aliran klasik, ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan antara kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula kemajuan teknologi lebih cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi akhirnya terjadi sebaliknya dan perekonomian akan mengalami kemacetan.
Kemajuan teknologi mula-mula disebabkan oleh adanya akumulasi kapital atau dengan kata lain kemajuan teknologi tergantung pada pertumbuhan kapital. Kecepatan pertumbuhan kapital tergantung pada tinggi rendahnya tingkat keuntungan, sedangkan tingkat keuntungan ini akan menurun setelah berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (low of diminishing returus) karena sumber daya alam itu terbatas.

Beberapa tokoh ekonomi klasik seperti Francois Quesnay, John Locke, Adam Smith, Thomas Robert Malthus, David Ricardo, John Stuart Mill, Lord Keynes, David Hume. Kaum klasik memusatkan analisis ekonominya pada teori harga. Kaum klasik mencoba menyelesaikan persoalan ekonomi dengan jalan penelitian faktor permintaan dan penawaran yang menentukan harga.

ü  Adam Smith: melihat bahwa suatu perekonomian akan tumbuh dan berkembang jika ada pertambahan penduduk yang akan memperluas pasar serta mendorong spesialisasi. Munculnya spesialisasi akan meningkatkan produktivitas pekerja dan mendorong kemajuan teknologi hingga pertumbuhan ekonomi. 

ü  David Ricardo: Bila Adam Smith berpendapat seperti di atas, maka David Ricardo sebaliknya. Ia berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu besar bisa menyebabkan melimpahnya tenaga kerja. Tenaga kerja yang melimpah menyebabkan upah yang diterima masing-masing menurun, di mana upah tersebut hanya bisa untuk membiayai tingkat hidup minimum (subsistence level). Pada tahap ini, perekonomian mengalami stagnasi (kemandegan) yang disebut stationary state.

ü  Thomas Robert Malthus: masih ingat materi deret dan hitung? Di sini, Malthus menggunakannya untuk mengemukakan bahwa bahan makanan bertambah menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya), sedangkan penduduk bertambah menurut deret ukur (1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya). Akibatnya, bahan makanan tidak cukup untuk menghidupi penduduk (akan terjadi kelaparan), sehingga masyarakat hidup pada tingkat subsistence (pas-pasan) dan perekonomian mengalami kemandegan.

 

Penerapan teori klasik pada tahap-tahap awal pertumbuhannya di Eropa Barat, terutama di Inggris ternyata telah menimbulkan kesenjangan ekonomi yang semakin hari semakin melebar, khususnya diantara kaum kapitalis yang semakin kaya dan kaum buruh yang semakin miskin.Teori klasik yang menekankan peranan kapital beserta akumulasinya dalam pertumbuhan ekonomi mendorong para pemilik modal (kapitalis) memaksimumkan penggunaan modal melalui operasi perusahaan.


Teori alternatifpun harus di terapkan oleh marx, yang pokok isinya adalah membela kepentingan para pekerja dan meramalkan runtuhnya sistem kapitalis. Teori ini sering disebut teori sosialis dan dalam perkembangannya melahirkan sistem ekonomi komunis yang banyak dipraktekkan di negara-negara Eropa Timur, Uni Sovyet, RRC dan di beberapa NT dan NSB lainnya.

Menurut Karl Marx pertumbuhan ekonomi melalui lima tahapan berikut.
1. Sosialis (komunal primitif)
2. Perbudakan
3. Feodal
4. Kapitalis
5. Sosialis (komunal modern)

Dari kelima tahapan tersebut Marx melihat adanya siklus dalam perkembangan masyarakat yaitu mulai dari masyarakat komunal (primitif) pada tahap pertama dan berakhir kembali pada masyarakat komunal (modern) pada tahap kelima. Dalam pada itu pada tahap kedua, ketiga dan keempat ditandai oleh adanya konflik dan perjuangan kelas diantara kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan yang bertentangan dalam masyarakat yang bersangkutan.

 

Menurut teori ilmu ekonomi klasik, Masalah ekonomi klasik mencakup proses produksi, distribusi, dan konsumsi.

o   Proses produksi

Dalam masalah ekonomi klasik, proses produksi jadi salah satu hal yang penting. Proses ini berkaitan dengan pembuatan barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen. Adanya masalah ekonomi dalam proses produksi ialah tentang jumlah barang yang tersedia dan besarnya kebutuhan masyarakat.

o   Distribusi

Distribusi atau penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Pada realitanya, barang atau jasa yang makin langka dan makin dibutuhkan masyarakat, harganya pun akan semakin tinggi. Sehingga terkadang para distributor melakukan hal ini guna mengontrol dan mengatur kebijakan agar mendapatkan untung sebanyak-banyaknya.

o   Konsumsi

Masalah yang terakhir berkaitan dengan konsumsi. Dalam hakikatnya, masyarakat memiliki peran penting dalam proses konsumsi meskipun tidak melulu barang atau jasa dikonsumsi oleh masyarakat. Persoalan yang muncul apakah barang tersebut akan dikonsumsi dengan tepat oleh masyarakat yang benar-benar membutuhkannya atau menjadi sia-sia karena tidak terjangkau oleh masyarakat sehingga proses konsumsi tidak berjalan sebagaimana mestinya?

 

 

·        Teori Ekonomi Neoklasik

Teori pertumbuhan ekonomi ini sebenarnya merupakan perkembangan dari teori klasik yang telah lebih dulu diperkenalkan oleh Adam Smith. Tokoh yang mengemukakannya adalah dua ekonom senior bernama Robert Solow, Harrod Domar, Schumpeter. 

ü  Harrod-Domar: perlunya pembentukan modal (investasi) sebagai syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap/teguh (steady growth). Bila pembentukan modal telah dilakukan, maka perekonomian akan sanggup memproduksi barang-barang dalam jumlah yang lebih besar.

ü  Schumpeter: ketika yang lain menganggap penduduk sebagai aspek sentral dalam proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship), karena mereka berani berinovasi dalam aktivitas produksi

ü  Robert Solow: menurut Solow, dalam jangka panjang tingkat tabungan dapat menentukan modal dalam proses produksi. Artinya, semakin tinggi tingkat tabungan, semakin tinggi pula modal dan output yang dihasilkan.

Aliran Neoklasik memusatkan teorinya pada tiga faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, yakni modal, tenaga kerja, dan perkembangan teknologi. Teori ini meyakini bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja dapat meningkatkan pendapatan per kapita. Namun, tanpa adanya teknologi modern yang berkembang, peningkatan tersebut tidak akan dapat memberikan hasil positif terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional. 

 


·        Teori Neokeynes

Dicetuskan oleh ahli ekonomi Roy F. Harrod serta Evsey D. Domar, teori Neokeynes berpendapat jika pertumbuhan ekonomi nasional dipengaruhi oleh modal, permintaan, dan investasi. Ketiganya berperan penting dalam peningkatan produksi nasional suatu negara yang akan berpengaruh pula pada peningkatan ekonomi di negara tersebut. Hal ini dapat berlangsung dalam jangka waktu pendek maupun menengah.

Beberapa pendukung teori Neokeynes juga menyoroti pentingnya kegiatan investasi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Mereka beranggapan bahwa menanam modal akan membantu peningkatan produksi nasional, baik dalam skala kecil maupun besar. 



·        Teori Historis

Sebagai salah satu teori ekonomi populer, teori historis dikembangkan oleh sejumlah ahli ekonomi yang memiliki pandangan berbeda-beda, tetapi sama-sama berpusat pada kegiatan ekonomi masyarakat. Beberapa ahli yang terkenal sebagai pengembang teori pertumbuhan ekonomi ini adalah Karl Bucher, Werner Sombart, dan Frederich List.

ü  Frederich List: List membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menurut kebiasaan masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidupnya melalui tata cara produksi. Dimulai dari berburu dan mengembara (manusia bergantung pada alam), beternak dan bertani, pertanian dan kerajinan, hingga kerajinan, industri, dan perniagaan. 

ü  Werner Sombart: tahapan pertumbuhan ekonomi terjadi karena masyarakat memiliki susunan organisasi dan ideologi masyarakat. Tahapannya adalah (1) zaman perekonomian tertutup, di mana masyarakat masih terbatas menghasilkan barang dan melakukannya secara kekeluargaan, (2) zaman kerajinan dan pertumbuhan, masyarakat mulai ada pembagian kerja, dan (3) zaman kapitalis, muncul pemilik modal.

ü  Walt Whitman Rostow: Menurut Rostow, dalam pertumbuhan ekonomi, suatu negara akan mengalami tahapan-tahapan (1) tradisional, ekonomi didominasi sektor pertanian, (2) transisi (pratake-off), terjadi peralihan struktur tenaga kerja dari pertanian ke industri, (3) tinggal landas (take-off), hambatan dalam struktur sosial dan politik dapat diatasi, (4) menuju kematangan (the drive to maturity), serikat buruh dan dagang semakin maju, dan (5) tahap konsumsi masa tinggi (high mass consumption), tenaga kerja didominasi tenaga kerja terdidik dan penduduk di kota lebih besar dari desa.

ü  Karl Bucher: Karl Bucher menguraikan pertumbuhan ekonomi suatu negara berdasarkan hubungan produsen dengan konsumen. Tahapannya adalah (1) masa rumah tangga tertutup, masyarakat hanya memenuhi kebutuhan kelompoknya sendiri, (2) masa rumah tangga kota, muncul hubungan dagang antar desa dan desa dengan kota, (3) masa rumah tangga bangsa/kemasyarakatan, perdagangan antar kota akan membentuk satu kesatuan masyarakat yang melakukan pertukaran dagang dalam negara, dan (4) masa rumah tangga dunia, masa di mana perdagangan telah melewati masa-masa negara, seperti saat ini, Squad.



·        Teori Ekonomi Modern

Para ahli ekonomi modern sepakat bahwa dengan sumber daya yang tersedia, paling sedikit ada tiga masalah pokok yang dihadapi setiap perekonomian dan harus dipecahkan oleh masyarakat sebagai subjek ekonomi.

Permasalahan ekonomi modern berfokus pada what, how, dan for whom.

a.         Barang dan Jasa Apa yang akan Diproduksi dan Berapa Banyak? (What?)

Mengingat bahwa sumber produksi yang tersedia terbatas dan penggunaannya bersifat alternatif, maka masyarakat harus menentukan jenis dan jumlah barang dan jasa yang akan diproduksi. Masyarakat dapat memilih satu atau beberapa jenis barang dan jasa yang akan diproduksi dengan perbandingan tertentu. Pilihan yang dilakukan oleh masyarakat ini tentunya yang dipandang paling menguntungkan dan memberikan manfaat yang paling besar bagi masyarakat guna memenuhi kebutuhan.

Bisa saja suatu negara tertentu tidak memproduksi senjata, peluru nuklir, bahkan komputer. Di sisi lain banyak memproduksi bahan pangan seperti beras, gandum, sayuran, dan buah-buahan. Lalu dari mana senjata untuk angkatan perang? Dengan adanya kegiatan perdagangan internasional kebutuhan akan senjata dapat dipenuhi dengan cara membeli dari negara yang memproduksi senjata tersebut.

 

b.         Bagaimana Cara Memproduksi? (How?)

Pertanyaan ini menyangkut teknik produksi yang diterapkan dan kemampuan mengombinasikan faktor-faktor produksi atau sumber daya yang ada di dalam proses produksi. Dengan keterbatasan sumber daya ekonomi yang tersedia para produsen harus mampu menciptakan teknik produksi yang efisien. Untuk itu, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi produksi perlu ditingkatkan.

 

c.         Untuk Siapa Barang atau Jasa Dihasilkan? (for Whom?)

Pertanyaan ini menyangkut masalah untuk siapa atau lapisan masyarakat mana yang menikmati barang dan jasa yang diproduksi. Apakah setiap warga mendapat bagian yang sama atau berbeda?

Apakah barang/jasa hanya untuk orang kaya saja? Apakah pendapatan nasional telah didistribusikan secara adil? Haruskah gaji para manajer sepuluh kali lipat dari buruh? Apakah proyek mobil murah perlu dilaksanakan agar penduduk berpendapatan rendah dapat mengomsumsinya? Semua pertanyaan tersebut menyangkut untuk siapa barang/jasa diproduksi.

Ketiga masalah di atas yaitu what, how, dan for how bersifat funda-mental dan bersifat kait-mengait satu dengan yang lainnya serta selalu dihadapi oleh setiap negara, baik negara sedang berkembang maupun negara yang sudah maju. Namun, tidak semua perekonomian dapat memecahkan ketiga masalah tersebut dengan cara yang sama.

 

 

Perubahan Ekonomi yang terjadi dalam beberapa dekade - sekarang

Pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Indonesia menerapkan sistem ekonomi liberal. Pada masa demokrasi liberal sering terjadinya perubahan kabinet yang berdampak buruk sehingga melemahkan perekonomian indonesia.

Menteri keuangan pada saat itu yaitu pak Syafruddin Prawiranegara menanggulangi kondisi tersebut dengan mengeluarkan kebijakan pemotongan nilai uang kertas. Pada masa itu juga Dr. Sumitro Djojohadikusumo (ahli ekonomi) mengeluarkan kebijakan gerak benteng yang mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional. Hal ini bertujuan untuk melindungi dan membantu para pengusaha berupa kredit serta bimbingan konkret.


Pada Masa Demokrasi Pemimpin (1959-1966)

Pada masa ini sistem ekonomi di indonesia mengalami perubahan menjadi sistem ekonomi etatisme. Sistem ini di cetuskan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 5 juli 1959. Sistem ini mengatakan bahwa semua aktivitas baik itu dari aspek sosial, ekonomi, politik diatur dan dikuasai oleh negara.
Pada tanggal 15 agustus 1959, Moh. Yamin membentuk Dewan Perancang Nasional (Depernas) agar masyarakat ekonomi diindonesia dapat mempersiapkan rancangan undang-undang pembangunan nasional berencana.

Pada Masa Demokrasi Ekonomi (1967-1998)

Masa ini disebut masa orde baru yang dimana pada saat itu masa pemerintahan soeharto. Sistem ekonomi di indonesia kembali mengalami perubahan menjadi sistem ekonomi campuran. Dalam sistem ekonomi ini terdapat campur tangan pemerintah dengan masyarakat yang saling bekerjasama untuk memajukan perekonomian diindonesia.

Pemerintah berperan sebagai pengendali atau mengatur, sedangkan masyarakat yang menjalankan kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi. Hal tersebut dilakukan agar pemerintah dapat membantu masyarakat terhindar dari masalah ekonomi modern.

Pak Soeharto juga mengeluarkan beberapa kebijakan untuk memulihkan perekonomian Indonesia, yaitu:

·       Bergabung kembali indonesia dengan Internasional Monetery Fund (IMF) agar mendapat bantuan keuangan dari negara asing.

·       Menghapus hiperimplasi

·       Pembebasan bea cukai impor dan Menanggulangi devaluasi rupiah, sehingga dapat meningkatkan nilai ekspor ke luar negeri.

 

Pada Masa Demokrasi Pancasila (1998-sekarang)

Perekonomian Indonesia tahun 2019 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 15 833,9 triliun dan PDB Perkapita mencapai Rp59,1 Juta atau US$4 174,9.

Ekonomi Indonesia tahun 2019 tumbuh 5,02 persen, lebih rendah dibanding capaian tahun 2018 sebesar 5,17 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 10,55 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 10,62 persen.

 

Perekonomian Indonesia setelah Pandemi Covid-19

Penurunan ekonomi akibat pandemi covid ini juga menimbulkan masalah yang paling dirasa yaitu meningkatnya pengangguran dan kemiskinan. Lesunya aktivitas perekonomian tentu berimplikasi pada meningkatnya PHK.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mencatat angka jumlah pekerja yang dirumahkan dan di-PHK sudah mencapai 6 juta orang selama masa pandemi ini. Wakil Ketua Umum Kadin Shinta Kamdani mengungkapkan, sebagian besar pekerja tersebut dirumahkan karena pengusaha tidak punya cashflow untuk PHK.

Pandemi covid juga membuat angka kemiskinan bertambah. Menteri Sosial Juliari P Batubara memperkirakan, angka kemiskinan Indonesia kemungkinan akan bertambah hingga 4% akibat pandemi COVID-19. Dengan demikian, angka kemiskinan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 13,22%. "Ini kenaikan yang luar biasa," kata Mensos Juliari, seperti dilansir dari Kompas.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, jika Covid-19 bisa segera tertangani dengan baik maka pertumbuhan ekonomi diprediksi masih bisa di atas 4%. Namun, pemerintah juga harus bersiap jika pandemi ini masih bertahan antara 3-6 bulan lagi maka situasi akan lebih memburuk, dimana pertumbuhan ekonomi diperkirakan pada kisaran 2,5% bahkan 0%.

Masih menurut perkiraan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dimana perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi hingga 3,8% pada kuartal II. Pada kuartal I, ekonomi hanya mampu tumbuh 2,97%. 

Pertumbuhan ekonomi minus diperkirakan berlanjut hingga kuartal III, di angka 1,6%. Pertumbuhan ekonomi diprediksi mulai positif lagi pada kuartal IV di angka 3,4%. Secara total, Sri Mulyani memperkirakan ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh di kisaran -0,4% hingga 1%. Bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2019, dimana ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5,02%.

Sementara jika kita lihat prediksi dari Bappenas yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh -0,4% hingga 2,3%. Sebelum pandemi, perkiraan pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 5,3%.

tahun 2019 investasi yang masih bisa tumbuh 4,4% kini diprediksi melemah menjadi -2,8% hingga 0,3%. Bisa dilihat jika pandemi covid 19 ini telah menghentikan sebagian besar aktivitas ekonomi.

 

 Kesimpulan

Dengan besarnya pengaruh pandemic virus corona (covid-19) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, pemerintah juga melakukan berbagai cara untuk menyelematkan perekonomian Indonesia.

Pemerintah melalui berbagai kebijakannya mengambil Langkah-langkah untuk penyelematan perekonomian Indonesia dengan menggelontorkan beberapa paket stimulus fiskal yang pertama difokuskan kepada sektor pariwisata yaitu hotel, restoran, dan kawasan wisata di daerah-daerah. Tidak hanya itu saja, Kemenkeu juga memberikan empat jenis insentif pajak terkait ketentuan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21, PPh pasal 22 impor, PPh pasal 25 dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

 Insentif PPh Pasal 2 diberikan kepada pemberi kerja sesuai klasifikasi 440 lapangan usaha yang tercantum pada lampiran PMK 23/2020. Pemerintah juga meluncurkan program kartu prakerja yang dilakukan lantaran beberapa sektor industri telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK). Dengan program kartu prakerja ini diharapkan bisa menjadi sarana bagi korban PHK meningkatkan skill secara online.

pemerintah juga melakukan pengaturan ulang fokus (re-focusing) penganggaran akibat wabah virus corona ini. Menurut menteri keuangan Sri Mulyani, langkah ini diambil karena anggaran penanganan wabah virus corona belum teralokasi di APBN dan APBD. Alokasi terebut difokuskan bagi sektor kesehatan dan social.

Berbagai kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah di atas merupakan sebuah usaha untuk mempertahankan kestabilan ekonomi akibat merebaknya wabah virus corona yang berdampak pada berbagai sektor dan mengakibatkan pelambatan pertumbuhan ekonomi yang bisa terjadi dalam beberapa bulan ke depan.

 


 

 

Komentar

Postingan Populer